KONSEP KERAJAAN ALLAH DALAM PERSPEKTIF INJIL MATIUS

“Berbagai macam pandangan juga muncul dalam gereja mengenai Kerajaan Allah yang membuat jemaat bingung untuk memahami atau menentukan sikap tentang “Kerajaan Allah”.Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai “konsep Kerajaan Allah dalam perspektif Injil Matius”. Diharapkan dengan artikel ini umat Tuhan dapat mengetahui serta mendapatkan gambaran dan penjelasan secara empiris mengenai konsep “Kerajaan Allah”, sehingga umat Tuhan di masa sekarang dapat memahami “Kerajaan Allah” yang sesungguhnya.”

STT Kalam Mulia Bandung

Kata Kunci: Kerajaan Allah (Sorga), Nubuat

 

 

  1. Pendahuluan

Topik tentang “Kerajaan Allah” memang cukup menarik untuk dibahas di dalam Injil Matius. Pada permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus mengungkapkan bahwa kedatangan-Nya adalah untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sehingga Dia berkata, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat. 4:17).Dalam pemberitaan-Nya, Dia memberitahukan kepada orang-orang yang mengikuti-Nya mengenai cara masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mat. 5:20; 7:21). Juga dalam doa yang diajarkan kepada murid-murid-Nya, “Datanglah Kerajaan-Mu” (Mat. 6:10). Perumpamaan-perumpamaanyangdisampaikanNya dalam Matius 13, semua berbicara tentang Kerajaan Allah. Itu berarti inti dari pengajaran Tuhan Yesus adalah tentang Kerajaan Allah.

George Eldon Ladd menuliskan: “Beberapa orang, seperti Adolf Von Harnack, mengurangi arti Kerajaan Allah menjadi kerajaan yang subyektif serta memahaminya dari sudut roh manusia dan hubungannya dengan Allah. Sebaliknya ada orang-orang seperti Albert Schweitzer, yang mengartikan berita Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus berkaitan dengan wahyu yang akan diawali oleh tindakan adikodrati Allah pada saat sejarah umat manusia terputus dan suatu tata surgawi yang baru dimulai.”[1]

Pendapat-pendapat yang ada tidak hanya terbatas pada lingkup seperi itu saja. Sejak masa Agustinus, Kerajaan Allah sudah diidentifikasikan dengan gereja. Sementara itu, kelompok-kelompok yang lain memahami “Kerajaan Allah sebagai pola ideal dalam masyarakat.”[2]Ada juga ajaran-ajaran yang mengatakan bahwa “Kerajaan itu telah ditangguhkan dan akan datang setelah zaman gereja”.[3]Padahal ketika Tuhan Yesus memberitahukan atau mengajarkan tentang “Kerajaan Allah”, murid-muridNya dan orang-orang pada zaman itu, tidak menanyakan arti dari “Kerajaan Allah”. Itu berarti mereka pada saat itu, mengerti apa yang dimaksud oleh Yesus Kristus tentang Kerajaan Allah. Dengan demikian konsep Kerajaan Allah seharusnya tidak berbeda-beda seperti yang gereja alami pada masa sekarang.

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai “Kerajaan Allah” sehingga jemaat dapat memahami dengan benar konsep Kerajaan Allah dalam Alkitab.

 

  1. Kajian Teoritis Tentang Kerajaan Allah
  2. Kerajaan Allah dalam PL

Alkitab memberi pengertian yang luas, jelas, dan sederhana tentang istilah “Kerajaan Allah”. Penggunaan istilah “Kerajaan Allah” dapat dilihat mulai pada masa Perjanjian Lama.Von Rad menjelaskan: “istilah Kerajaan Allah” (Malkuth Yahwe = Tuhan hadir atau God is Present) sinonim dengan “Kerajaan Sorga” (Malkuth Samayim = Allah adalah Raja).[4]

Tema “Kerajaan Allah” merupakan tema yang mempersatukan seluruh kitab Perjanjian Lama. Paul Enns mengatakan: “Adalah terbaik untuk melihat kesatuan dan pusat atau prinsip tematik di Perjanjian Lama dalam konsep Kerajaan Allah.”[5]Walaupun kata “Kerajaan Allah” tidak terlihat dalam masa Perjanjian Lama, tetapi cukup banyak nats yang menjelaskan tentang konsep ini. Dave Hagelberg mengungkapkan hal ini dengan mengatakan: “Walaupun ungkapan Kerajaan Allah tidak muncul dalam PL, tetapi cukup banyak nats (misalnya Kel. 15:18, Mzm. 93:1-2, dan 103:19) menegaskan bahwa Allah bertahta, atau bahwa Allah adalah Raja. Dia berdaulat secara universal.”[6]Hal yang sama juga dituliskan Leon Morris:“Ungkapan ‘Kerajaan Allah’ (atau “Kerajaan Sorga”) tidak muncul sebelum PB, tetapi gambaran tentang itu jelas seudah dikenal oleh orang-orang Yahudi.

Para nabi PL mengharapkan kedatangan “hari Tuhan” sejak dahulu kala (bdk. Am. 5:18) dan ide itu terus ada bahwa pada waktunya Allah akan campur tangan di dunia ini.”[7]Itulah sebabnya dalam PL, Allah selalu diagungkan sebagai Raja atas seluruh bumi dan ciptaan-Nya, “Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaanMu. KerajaanMu ialah kerajaan segala abad dan pemerintahanMu tetap melalui segala keturunan” (Mzm. 145:11, 13), dan “TUHAN telah menegakkan tahta-Nya di sorga dan Kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu” (Mzm. 103:19).

Sejak penciptaan manusia, Allah telah membuat satu rencana yang agung tentang suatu Kerajaan. Seperti yang dijelaskan oleh Bruce K. Waltke:

 

“Kerajaan mediatorial ini dimulai dengan Adam dan Hawa di Taman Eden, di mana Allah dalam kasih karunia Ilahi meletakkan rasa permusuhan dalam hati mereka terhadap iblis (Kejadian 3:15), permusuhan yang ada pertaliannya dengan kasih Allah (bdg. Ulangan 6:5; Matius 22:27 dst,; Markus 9:40).”[8]

 

Sejak itu sepanjang sejarah dunia, nyatalah karya besar Allah, yang hendak mendatangkan Kerajaan-Nya, sekalipun ada banyak rintangan.”[9]Ditambahkan oleh Ernest F. Scoot, dengan mengatakan, “… good news has been essentially what it was at first – the announcement of the kingdom of God”.Inilah janji awal dari Allah tentang lahirnya Kerajaan Allah.”[10]

Janji tentang “Kerajaan Allah” itu dilanjutkan dengan memanggil Abraham dan memilihnya sebagai orang yang akan memegang perjanjian itu dan meneruskannya kepada keturunannya. Paul Enns mengatakan:

 

“Wahyu progresif Allah dapat dilihat selama era Abraham. …Ia berhubungan dengan Abraham secara pribadi, dimana melaluinya Ia akan memanggil keluar bangsa tertentu. Dan, melalui bangsa ini Allah akan memberkati semua bangsa di dunia serta melalui bangsa ini, yaitu Israel, Mesias akan datang dan mendirikan kerajaan-Nya.”[11]

 

Pemilihan Abraham ini merupakan satu rencana yang dibuat oleh Allah sendiri. Pemilihan Abraham dihubungkan dengan janji atau prospek berkat, untuk seluruhbangsa di dunia. Janji Allah terhadap Abraham mulai digenapi ketika Allah memutuskan mengirimkan Musa, untuk menuntun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian yaitu, Kanaan.

Dimulai dari suatu pengakuan tentang bangsa Israel sebagai umat-Nya dan Allah sebagai Tuhannya. Hal ini jelas terlihat ketika Allah memberikan hukum-hukum-Nya dalam Keluaran 20 dan peraturan-peraturan-Nya dalam Keluaran 21-23, yang harus Israel taati sepenuhnya.  Andrew E. Hill dan John H. Walton menerangkan: “Hanya melalui ketaatan pada persyaratan-persyaratan kovenan itu dapatlah Israel menjadi suatu kerajaan imam bagi Yahweh dan suatu bangsa yang kudus, yang menggenapi maksud ilahi di antara semua bangsa.”[12] Jadi bangsa Israel sebenarnya mempunyai tugas untuk mewakili Tuhan di hadapan semua bangsa, dan mewakili semua bangsa di hadapan Allah.”[13]

Konsep Kerajaan mencapai titik akhir di kovenan Daud. Allah berjanji bahwa dari keturunannyalah yang akan memerintah Kerajaan itu untuk selama-lamanya (II Sam. 7:15-16; I Taw. 17:14). Para nabi pun menubuatkan hal yang sama, bahwa dari keturunan Daud yang akan memerintah (Yes. 11:1-10, Yer. 33:17). Menurut J.H. Bavinck:”Isi utama dari pemberitaan para nabi ialah: biar bagaimanapun, Allah akan terus menjalankan rencanaNya tentang Kerajaan-Nya itu.”[14]

Paimoen mengatakan:“Janji Tuhan mengenai keluarga dan kerajaan Daud, dapat dilihat sebagai aktualisasi dari pemerintahan dan kuasa yang kekal. Perjanjian yang diberikan kepada Daud, merupakan jaminan bahwa Kerajaan Allah akan berlangsung selama-lamanya.”[15] Hal ini didukung juga oleh J. Sidlow Baxter: “Semua nubuat itu mengatakan tantang kedatangan suatu kerajaan yang kelihatan dan yang diperintah oleh Mesias, yang duduk di atas tahta Daud dan yang memerintah atas bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa bukan Yahudi bersama-sama di dunia ini.”[16]

Gambaran tentang “Kerajaan Allah” dalam Perjanjian Lama merupakan gambaran yang sangat jelas yaitu, bahwa Kerajaan itu datang karena Allah. Itulah sebabnya William Dyrness, mengatakan: “Kerajaan itu akan datang karena Allah.”[17]

Jadi nubuat tentang hadirnya “Kerajaan Allah” dalam Perjanjian Lama akan digenapi melalui seorang Mesias yaitu Yesus dari keturunan Daud. Baxter mengatakan: “Semua nubuat di dalam Perjanjian Lama mengatakan tentang kedatangan suatu Kerajaan yang kelihatan dan yang diperintahan oleh Mesias, yang duduk di atas tahta Daud dan yang memerintah atas bangsa Yahudi dan atas bangsa bukan Yahudi bersama-sama di dunia ini.”[18]

Perjanjian yang diberikan kepada Daud, merupakan jaminan bahwa Kerajaan Allah akan berlangsung selama-lamanya. Kerajaan itu tidak tergantung dengan sistem, kemampuan, atau kepandaian manusia, tetapi Kerajaan itu bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

  1. Kerajaan Allah dalam PB

Kerajaan Allah dalam PL diproklamirkan sekali lagi oleh Yohanes Pembabtis dengan bahasa PB yang sebenarnya mempunyai arti yang sama dalam PL. Nubuat PL tentang pemerintahan Allah yang kekal (Yes. 9:5, Dan. 7:13, 14) dikukuhkan dan diwujudnyatakan oleh Yesus.

Penggunaan istilah khas Yahudi seperti Kerajaan Allah dalam bahasa Yunani βασίλεαν τоύ θεоύ (basileian tou Theou) yang searti dengan Kerajaan Sorga dalam bahasa Yunani βασιλεία τών оύύρανών (basileia ton ouranon) digunakan oleh Matius, sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi yang segan menyebut nama Allah secara langsung.

Tulluan mengatakan: “Dalam kitab-kitab yang lain desebut “Kerajaan Allah”. Seorang Yahudi tidak bisa memakai nama Allah (“Yahwe”). Nama Allah itu terlalu suci sifatnya, sehingga tidak boleh disebut. Oleh karena itu Matius memakai istilah “Kerajaan Sorga”.[19] J.J de Heer, menambahkan “orang Yahudi sering pakai “Sorga” sebagai sebutan untuk Tuhan. Oleh rasa hormat terhadap Tuhan maka mereka segan untuk mengucapkan kata “Tuhan” atau “Allah”.[20] David Field berkomentar bahwa: “Kedua istilah, “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Sorga”, menggambarkan suatu gagasan yang sama.”[21]

Begitu juga beberapa istilah yang tampaknya berbeda di dalam PB, tapi menggambarkan gagasan yang sama seperti; Kerajaan Bapa (Mat. 13:43), Kerajaan sorga (Mat. 3: 2), Kerajaan-Mu (Mat. 6:10), Kerajaan Anak Manusia (Mat. 13:41, 16:28), Kerajaan Kristus (Ef. 5:5), Kerajaan-Ku (Luk. 22:30), Kerajaan Anak-Nya (Kol. 1:13), Kerajaan kekal (2 Ptr. 1:11), Kerajaan-Nya (Mat. 13:41), Kerajaan seribu tahun (Why. 20:1-6).

Kerajaan Allah yang dijanjikan dalam PL diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, yangmembangkitkan pengharapan baru kepada bangsa Israel saat itu. Sehingga orang banyak datang berduyun-duyun untuk mendengarkannya (Mat. 3:5, Luk. 3:7,10). Oleh sebab itu, Yohanes Pembaptis, menyerukan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat.”Kerajaan Allah dikatakan sudah dekat karena Yesus, yang menjadi Penguasa dalam Kerajaan tersebut telah hadir.

Berita yang paling penting dalam pengajaran Tuhan Yesus adalah “Kerajaan Allah”, sehingga Yesus begitu sering menggunakan istilah “Kerajaan Allah” untuk mengajar kepada murid-murid-Nya dan juga kepada orang banyak, bahkan kepada orang Farisi dan Saduki. Itulah sebabnya Stephen Tong berkata: “Kita tidak boleh lupa bahwa berita dari Tuhan Yesus Kistus yang paling penting dan yang paling sering diberitakan dan ditekankan oleh Kristus adalah tentang Kerajaan Allah.”[22] Ditambakan oleh Eddy Paimoen:

 

“Kadang-kadang ia mengatakan Kerajaan Allah sudah dekat, Kerajaan Sorga berada di antara kamu” atau “Kerajaan Allah berada di dalam dirimu”. Perbedaan bahasa yang dipergunakan, tetapi mempunyai arti yang sama, yaitu Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah telah hadir karena Yesus Kristus.”[23]

 

Bahkan setelah kebangkitan Yesus, dalam Kisah Para Rasul 1:3, “Selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Walaupun Lukas tidak Memberi tahu apa yang Yesus katakan tentang Kerajaan Allah pada saat itu, tetapi yang jelas Yesus tidak memberitakan sesuatau yang baru mengenai Kerajaan Allah. Hal ini dikatakan oleh Lee:

 

“Dalam kitab-kitab Injil Tuhan Yesus banyak memberi ajaran tentang Kerajaan kepada murid-murid. Saya ragu apakah selama empat puluh hari setelah kebangkitanNya, Dia memberikan sesuatu yang baru mengenai Kerajaan Allah. Sebaliknya, saya percaya bahwa Tuhan mengulangi apa yang Dia ajarkan kepada mereka dalam kitab-kitab Injil.”[24]

 

Kerajaan Allah juga menjadi topik utama pemberitaan para murid-murid-Nya, setelah hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 8:12),Filipus memberitakan Injil dan juga Kerajaan Allah, sama seperti yang dilakukan Yesus (Mark. 1:14, 15, Luk. 4:43). Begitu juga berita Injil yang disampaikan oleh Paulus adalah “Pemberitaan tentang Kerajaan Allah” (Kisah 19:8; 28:23, 31).Untuk memasuki kerajaan ini, orang-orang harus percaya kepada Yesus Kristus dan bertobat dari dosa-dosanya (Mark, 1:15).

Gereja adalah umat dari Kerajaan itu. Ladd mengatakan: “Gereja adalah umat dari Kerajaan itu, tetapi tidak dapat disamakan dengan kerajaan itu.”[25] Kerajaan Allah adalah “pemerintahan Allah sendiri.”[26] Baxter menjelaskan dengan baik, “Kerajaan Allah adalah Kerajaan Mesias yang telah lama sekali dijanjikan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Maka tidaklah benar pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nubuat Kerajaan Mesias ialah gereja atau Sidang Jemaat. Tidak! Perhatikanlah nubuat-nubuat itu kembali.”[27]

 

  1. Injil Markus

Markus memperkenalkan misi Yesus: “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlan dan percayalah kepada Injil” (Mark. 1:14,15).

Di Kaisaria, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Sehingga Yesus dengan terus terang memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia harus “menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan bangkit sesudah tiga hari” (Mark. 8:31).Markus tidak begitu menguraikan panjang lebar perumpamaan-perumpamaan tentang “Kerajaan Allah” seperti yang diuraikan oleh Matius dalam Matius 13. Sehingga “Kerajaan Allah” yang menjadi pokok utama pengajaran Tuhan Yesus hanya disebut empat belas kali saja.

 

  1. Lukas

Lukas terutama sekali menunjukkan Injilnya kepada orang-orang Yunani dan pokok yang paling ditekankan Lukas dalam suratnya adalah kemanusiaan Tuhan Yesus.Walter M. Dunnett mengatakan: “Lukas menampilkan Yesus sebagai Anak Manusia, manusia ideal. Karena bangsa Yahudi sejak lama mendambakan “manusia yangsempurna,” Karya Lukas ini dirancang untuk memenuhi permintaan tersebut.”[28]

Lukas  menggunakan kata “Kerajaan Allah” tiga puluh dua kali. Lukas ingin memperlihatkan kepada pembacanya bahwa “Kerajaan Allah” berada dalam perang dengan kerajaan kejahatan, dan Yesus memimpin peperangan terhadap Iblis, dan memanggil orang-orang untuk memutuskan pada pihak siapa mereka berdiri dalam pertempuran itu. Ini terlihat dari beberapa tulisan Lukas yang menyangkut Kerajaan Allah. “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesusngguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk. 11:20). Begitu juga, “Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 9:62). J.J. de Heer mengatakan: “Betul di dalam pekerjaan Yesus di Galilea Kerajaan Tuhan mulai terwujud, kuat kuasa Kerajaan mulai Nampak, dan iblis dipukul mundur; tetapi hukuman belum dijatuhkan atas iblis dan atas orang jahat”.[29]

 

  1. Yohanes

Dalam Injil Yohanes, ungkapan “Kerajaan Allah” berhubungan dengan keselamatan. Ini telihat dalam Yohanes 3:3, 5,mengenai percakapan antara Yesus dengan Nekodimus tentang kelahiran kembali. Dalam percakapan ini, Yesus menjelaskan hanya dengan kelahiran kembali Nikodemus dapat masuk ke dalam “Kerajaan Allah”.

Dave Hagelberg menjelaskan sebagai berikut: “Tuhan Yesus mengajar Nekodimus bahwa segala jabatan, amal, dan ketaatan tidak memungkinkan seseorang dapat melihat Kerajaan Allah. Tuhan Yesus mau menegaskan bahwa setiap orang, termasuk Nikodemus perlu seorang Juruselamat.”[30]Begitu juga, untuk masuk ke dalam “Kerajaan Allah” tidak diperlukan perbuatan-perbuatan jasmani. Hal yang sama dikatakan oleh Witness Lee:

 

“Untuk memasuki Kerajaan Allah ini, orang-orang harus bertobat dari dosa-dosa mereka dan percaya kepada Injil (Markus 1:35), sehingga dosa-dosa mereka dapat diampuni dan mereka dapat dilahirkan kembali oleh Allah untuk memiliki hayat ilahi, yang sesuai dengan sifat ilahi kerajaan ini (Yoh. 3:3,5).”[31]

 

Dalam Yohanes 18:36, Yesus menjawab Pilatus bahwa Kerajaan-Nya tidak dari dunia ini. Tidak seperti semua kerajaan lain yang telah ada. A.W. Pink berkata: “Akan tetapi kerajaan-Mu bukan dari sini menunjukkan bahwa kerajaan-Nya akan jauh berbeda dengan kerajaan-kerajaan di mana kekerasan dan ketidakadilan merajalela. Di dalam kerajaan-Nya hanya kebenaran yang ada.”[32]

  1. Surat Paulus

Sedangkan Rasul Paulus melukiskan “Kerajaan Allah” dengan kemenangan Allah dalam hubungannya dengan penebusan manusia (1 Kor. 15:22-26). Laad mengatakan:

 

“Paulus melukiskan berbagai macam tahap yang Allah tempuh dalam menyelesaikan maksud penebusan-Nya. Maksud ini ada hubungannya dengan Kerajaan Allah. Tujuan akhir adalah tercapainya  Kerajaan Allah, seperti realisasi pemerintahan sepenuhnya oleh Allah dalam alam semesta ini. Oleh karena itu, Kerajaan Allah adalah pemerintahan oleh Allah melalui Kristus dengan menghancurkan musuh-musuh pemerintahan Allah.”[33]

 

Dalam Roma 14:17, Paulus menulis “Bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”  Isi suartnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menekankan bahwa “daging dan darah tidak dapat mewarisinya” I Kor. 15:50). Dosa juga tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 6:9, 10, Galatia 5:21).

 

  1. Surat-Surat Umum

Petrus memakai istilah “kerajaan imamat” (1 Ptr. 2:7-10). Stephen Tong menjelaskan:

 

“Istilah dan pengertian kerajaan imamat dan umat yang kudus, mewujudkan apa yang tertulis dalam Keluaran 19:6, Kita adalah warga Negara sorga, yang berfungsi sebagai imamat yang rajani, dan merupakan umat pilihan Allah, yang bertujuan untuk memberitakan karya Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”[34]

 

Sedangkan dalam Ibrani 1:8-9, dikutib dari Mazmur 45:6-7, bertujuan untuk menerangkan kekekalan dari tahta Kristus, “Tahta-Nya tetap untuk seterusnya dan selama-lamanya”. Sehingga dapat dikatakan bahwa “kekuasaan Kristus adalah kekal malampaui waktu.”[35] Dan “ Kerajaan itu tidak dapat digoncangkan” (Ibr. 12:28). J. Wesley Brill mengatakan:“Kerajaan itu tidak tergoncangkan sebab didirikan oleh Allah.”[36] Kerajaan yang seperti inilah yang akan dikaruniakan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. II Petrus 1:11 “kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruslamat kita, Yesus Kristus” Itu artinya, orang-orang berimanlah yang akan menjadi pemenang dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:4-6).

Akhrinya, Kerajaan itu akan rampung dalam Yerusalem Baru sebagai Kerajaan Allah yang kekal (Why. 21:1-4, 22:1-5, 14).

 

  1. Konsep Kerajaan Allah Dalam Injil Matius

Dalam Injil Matius penggunaan kata “Kerajaan Allah” terdapat enam kali (Mat. 4:23, 6:33, 12:28, 19:24, 21:31, 21:43).Sedangkan kata “Kerajaan Sorga” terdapat tiga puluh tiga kali (Mat. 3:2, 4:17, 5:3, 5:10, 5:20, 6:10, 7:21, 8:11, 9:35, 10:7, 11:11, 11:12, 13:11, 13:19, 13:24, 13:31, 13:33, 13:44, 13:45, 13:47, 13:53, 16:19, 16:28, 18:1, 18:3, 18:4, 19:12, 19:23, 23:13, 25:1, 25:14, 25:35).

Matius 4:23 “Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Inji Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan diantara bangsa itu.”Gerhard Friedrich dari Tubingen, mengatakan:

“Euaggelizesthai (memberitakan Injil) bukan sekedar berbicara dan berkhotbah, melainkan berarti memproklamirkan Injil dengan penuh kuasa an otoritas. Tanda dan mujizat menyertai pesan Injil; ketiga hal ini harus bersama-sam. Penyakit jasmani disembuhkan  dan hubungan manusia dengan Allah dipulihklan.”[37]

 

Matius 6:33 ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditabahkan kepadamu.”Kalau dibaca ayat 25-34,  Yesus mengatakan, bahwa kekhawatiran hanya ada pada orang yang belum mengenal Allah. Dalam ayat 33, Yesus mengemukakan cara untuk mengusir kekhawatiran, yaitu dengan mencari dan memusatkan seluruh perhatian pada Kerajaan Allah βασίλεαν τоύ θεоύ(basileian toun Theou) dan kebenaran-Nya δικαιоσύνή(dikaiosune), maka Allah akan memberi juga apa yang diperlukan untuk kehidupan jasmani.

Matius 12:28 “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”Sudah datang kepadamu: kata Yunani (ephthasen) hampir sama artinya dengan ‘sudah datang dan sudah diketahui lebih dulu akan kedatangannya’. Kerajaan Allah itu baru saja datang. Tapi belum sepenuhnya.”[38]Pada saat Tuhan Yesus mengatakan, “jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang”, itu berarti Kerajaan Allah sudah ada atau bersifat masa kini.Hal ini didukung oleh A.M Hunter dengan mengatakan:“Tanda-tanda bahwa Kerajaan Allah sudah ada. Penyembuhan orang-orang sakit, pengusiran roh-roh jahat, penyembuhan orang bercacat, orang tuli, orang bisu an orang buta, pengampunan dosa – semua ini adalah “perbuatan-perbuatan” Kerajaan”.[39]

Matius 19:24 “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaorang muda yang kaya ini, an Allah.”Penghalang terbesar dari seorang muda yang kaya ini adalah harta kekayaannya. Karena hati orang kaya ini lebih mencintai harta kekayaan duniawi dari pada harta di sorga.

Matius 3:2 “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”Yohanes Pembaptis mengumumkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.Berita yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis adalah pertobatan, yaitu agar orang-orang Israel berbalik dari dosa-dosa mereka dan hidup bagi Tuhan. Sebagai bukti pertobatan, mereka harus member diri dibaptis.

Berita yang sama juga disampaikan oleh Yesus, Matius 4:17“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Menurut Wismoady Wahono: “Kerajaan Sorga itu sudah merupakan kenyataan masa kini di Galilea. Kerajaan Sorga itu sudah terbit. Kerajaan Sorga itu sekarang sudah ada.”[40] Oleh karena itu bertobatlah.Karena berita Kerajaan Allah yang disampaikan oleh Yesus, bukan terbatas pada orang-orang Galilea tetapi bangsa-bangsa lain (Mat. 4:15-17).

Matius 5:3 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk kata “miskin”. Pertama, ‘penes’. Penes menunjuk kepada orang yang harus bekerja untuk memperoleh nafkah hidup. Dalam bahasa Ibrani kata “miskin” adalah ‘ani’atau‘ebion’. Ani dan ebion menerangkan orang miskin, rendah hati, tidak mempunyai pertolongan serta hanya mengandalkan dan percaya kepada Allah saja.Kedua, Ptokhos menjelaskan orang miskin secara mutlak, yaitu orang yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa. Dalam konteks ini, kata yang dipakai bukanlah penes tetapi ptokhos, yang berarti kemiskinan yang mutlak dan mengharukan atau kemiskinan yang amat sangat.

Yesus mengatakan, bahwa kemiskinan yang semacam itulah yang menjadi bagian dari Kerajaan Sorga.

Matius 5:10 “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”Menurut J.L. Ch. Abineno: “Dalam agama Yahudi pada waktu itu – maksudnya: pada waktu Yesus – sangat kuat ditekankan, bahwa orang-orang yang dianiaya karena keadilan adalah orang-orang yang dikasihi Allah.”[41]Yesus ingin menekankan bahwa orang yang dengan berani mengambil resiko bagi Allah dan mempertahankan kebenaran walaupun harus dianiaya, orang-orang yang seperti itulah yang akan memiliki Kerajaan Sorga.

Matius 6:10 “Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.” Jeremias mengatakan: “doa Yahudi yang disebut Kadisy adalah “eskatologis”, artinya dalam doa Kadusy itu diminta supaya dengan segera datang Kerajaan Allah yang penuh, dalam dunia baru. Pada waktu itu Tuhan akan dikuduskan, artinya akan dihormati.”[42]Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya berdoa untuk kedatangan-Nya kembali, yang di dalamnya Yesus diakui secara penuh sebagai Raja. W. E. Best mengatakan:“Kerajaan-Mu “datang” (elthato, aoris aktif imperative dari erchomai, dimana berarti akan datang, dari suatu tempat ke tempat lain, atau muncul. Kerajaan itu diberikan oleh Bapa dan diterima oleh Anak. Ketika Kristus menerima kerajaan dari Bapa, Dia akan kembali (Luk. 19:12)”[43]

Matius 16:19 “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”Menurut Bavinck arti mengikat dan melepaskan ialah:

 

“Mengikat” dan “melepaskan”. Pada masa hidup Yesus artinya ialah: menerangkan, apakah sesuatu diperbolehkan atau tidak. Kalau rasul-rasul berkata, bahwa suatu perbuatan tidak boleh dilakukan (yaitu: diikat), maka sesungguhnya begitu. Tetapi kalau dikatakan, sesuatu boleh dilakukan, maka demikianlah halnya.”[44]

 

Matius 19:12 “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan kemikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”Perkataan Yesus dalam ayat ini, terdiri dari tiga bagian: Pertama, ada orang yang dilahirkan sebagai orang yang tidak dapat menikah karena memang ia lahir demikian. Kedua, ada yang dijadikan demikian oleh orang lain, pada zaman Yesus itu bukanlah perbuatan yang asing dalam kehidupan Timur Kuno. Ketiga, orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.

Di zaman Yesus, ada pria-pria dan wanita-wanita menjauhi pernikahan supaya mereka bisa lebih sungguh-sungguh mempersembahkan diri demi Kerajaan Sorga. Karena laki-laki yang menikah mempunyai beberapa tanggung jawab khusus terhadap istrinya dan anak-anaknya.

Matius 23:13 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.” Yesus mengatakan bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah orang-orang munafik. Ini julukan untuk kepura-puraan orang Farisi dan ahli Taurat. R.T. France mengatakan:

 

“Tidak hanya kebiasaan mereka yang menahan hubungan penyelamatan itu, tetapi pengajaran mereka membuat hal itu mustahil untuk semua orang, yang memiliki kerinduan untuk menyenangkan hati Allah. Yesus dalam pernyataan-Nya, telah membawa jalan keselamatan yang benar, dan hanya mereka yang mengikuti-Nya dapat masuk atau diijinkan masuk.[45]

 

Matius 25:1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitannya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.”Yesus memakai perumpamaan dengan mengangkat kisah dari kebiasaan pernikahan pada saat itu. The Wycliffe Bible Commentary mencatat bahwa:

 

“Pernikahan orang Yahudi terdiri atas dua tahap. Mempelai laki-laki berangkat dahulu ke rumah mempelai wanita mengambilnya dan melaksanakan beberapa upacara keagamaan. Kemudian dia akan membawa mempelai wanita itu ke rumahnya untuk melanjutkan perayaan.”[46]

 

Ajaran yang jelas dari perumpamaan ini ialah: “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya (Mat. 25:13). Itu artinya, perumpamaan tentang sepuluh gadis menenkankan perlunya persiapan dengan waspada bagi kedatangan Kristus yang kedua kali ke dunia.

 

  1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah penulis lakukan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan pembahasan yang berhubungan dengan “Kerajaan Alah” di dalam Injil Matius, sebagai berikut:

Pertama, kehadiran “Kerajaan Allah” yang telah dinubuatkan oleh pada nabi di dalam PL (Am. 5:18, Yes 9:1-7, 11, Yer 33:17, Maz 103:19, 145:11, 13), menunjuk kepada diri Yesus Kristus. Hal itu ditegaskan oleh Yohanes Pembaptis dalam PB, “Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat 3:2), juga dikukuhkan dan diwujudnyatakan oleh Yesus (Mat 4:17). Yesus meminta kepada murid-murid-Nya agar mengajarkan dan menyampaikan berita yang sama (Matius 10:7).

Kedua, Kerajaan Allah itu bersifat masa kini, itu ditandai dengan mujizat-mujizat dan tanda-tanda ajaib, juga kelepasan seseorang dari kuasa setan (Mat. 4:23, 9:35, 12:28).Selanjutnya Yesus berbicara mengenai “Kerajaan Allah” sebagai kenyataan masa yang akan datang, karena itu Yesus dapat mengatakan bahwa Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya bersama dengan semua malaikat-Nya dan akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya (Mat. 25:31), jelaslah suatu peristiwa pada masa mendatang.

Pada waktu itu Yesus berkata: “Marilah,.. terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu” (Matius 25:34), dan “Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Ia meminum hasil yang baru dalam Kerajaan Bapa-Nya” (Mat. 26:29).

Doa yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, “Datanglah Kerajaan-Mu” menunjuk pada masa yang akan datang (Mat. 6:10). Begitu juga nats—nats yang berbicara mengenai “waktu menuai” dan “akhir zaman” (Mat. 13:30,39), Jelaslah semua ini menunjukkan perhatian Matius pada apa yang terjadi pada akhir zaman.

Ketiga, untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah baik masa kini atau untuk masa yang akan datang maka sseorang harus tetap melakukan kehendak Allah (Mat. 7:21), bertobat (Mat. 4:17), merendahkan diri (Mat. 18:3-5), lebih mencintai harta sorgawi daripada kekayaan duniawi (Mat. 19:24), bahkan rela menderita karena melakukan kehendak Allah (Mat. 5:10).Sehingga hanya melalui Kristus saja orang-orang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, baik masa kini maupun masa yang akan datang.***

 

[1]George Eldon Ladd, Injil Kerajaan (Malang: Gandum Mas, 1994), 16.

[2]Ibid, 17.

[3]Witness Lee, Pelajaran – Hayat Kisah Para Rasul 1 (Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, t.t.), 17.

[4]Von Rad, TNDT. Dikutip dalam Eddy Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja, (Bandung: Agiamedia, 1999).    

[5]Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 1, (Malang: Literatur SAAT, 2003), 37.

[6]Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 1-5) Dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1999), 116.

[7]Leon Morris, Teologia Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2001), 176.

[8]Bruce K. Waltke, “Janji-janji Kerajaan Allah Bersifat Rohani”, Masih Relevankah Perjanjian Lama di Era Perjanjian Baru, dired, oleh John S. Feinberg, (Malang: Gandum Mas, 1996), 428.

[9]J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 242-243.

[10]Ernest F. Scoot, The King of God the New Testamen (New York: The Macmillan Company, 1931).Dikutip dalam Eddy Paimoen, Kerajaan Allah Dan Gereja (Bandung: Agiamedia, 199), 8.

[11]Enns, The Moody Handbook of Theology 1,(Malang: Literatur SAAT, 2003), 59.

[12]Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996), 174.

[13]Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan, 43-44.

[14]Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru 2, 243.

[15]Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja, 21.

[16]J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995), 121.

[17]William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1992), 210.

[18]Baxter, Menggali Isi Alkitab 3, 122.

[19]Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, 44.

[20]Heer, Tafsir Injil Matius, 210.

[21]Handbook to the Bible Pedoman Lengkap Pemahaman Alkitab (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 542.

[22]Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan (Surabaya: Momentum Christian Leterature, 2001), 12.

[23]Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja, 43.

[24]Lee, Pelajaran – Hayat Kisah Para Rasul 1, 35.

[25]Ladd, Teologi Perjanjian Baru 1, 73.

[26]B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 208.

[27]Baxter, Menggali Isi Alkitab 3, 131.

[28]Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru(Malang:Gandum Mas, 1963), 20.

[29]J.J. de Heer, Tafsiran Injil Matius (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 265.

[30]Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes(pasal 1-5) dari Bahasa Yunani, 117.

[31]Lee, Pelajaran-Hayat Kisah para Rasul 1, 37.

[32]A.W. Pink, Tafsiran Injil Yohanes (Surabaya: YAKIN, t.th), 374.

[33]Ladd, Injil Kerajaan, 50.

[34]Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan, 56.

[35]Peter Wongso, Eksposisi Doktrin Alkitab Surat Ibrani (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), 110.

[36]J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Ibrani (Bandung : Kalam Hgidup, 1981), 210.

[37]G. Friedrich, G. Kittel, ed., Theological Dictionary of the New Testament (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1986). Dikutip dalam J.L. Paker, et al., Kebutuhan Gereja Saat Ini Kerajaan Allah dan Kuasa-Nya (Malang: Gandum Mas, 2001), 35.

[38]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Matius Pasal 1-10 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 89.

[39]A.M Hunter, Memperkenalkan Teologia Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 36.

[40]Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 394.

[41]J.L. Ch. Abineno, Khotbah Di Bukit (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 27.

[42]J. Jeremias, Neutestamentliche Theolodie (Guterslog, 1973). Dikutip dalam Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, 102.

[43]W. E. Best, Christ’s Kingdom Is Future Volume I The King’s Genealogy  (Houston: WEBBMT, t.th), 14.

[44]Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru 2, 376-377.

[45]R.T. France, Tyndale New Testament Commentaries Matthew (England: Inter-Varsity Press Leicester, 1994),  327.

[46]Charles F. Pfeiffer dan Everett F. F. Harrison, ed., The Wycliffe Bible Commentary Volume 3 Perjanjian Baru(Malang: Gandum Mas, 2001), 110.

Jurnal Lainnya

Cherry plant
Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start writing!
Cherry plant
Iman Yairus “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” (Markus 5:23)". Kepanikan dan kecemasanRead More »
Posted byagtresnawanApril 24, 20210 Posted inJurnal
Chat Dengan Whatsapp
Chat Whatsapp dengan sekretaris PPMB